Perempuan Mahal Vs Perempuan Murah
==============================
Mengapa perempuan Muslim harus menutup auratnya? Wajib
sebagaimanadiperintahkan Allah dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi? Kalau
tidak melaksanakanberdosa? Benar, tapi mari kita kesampingkanlah
dululah alasan perintah ini. Kita mafhum, melaksanakan sesuatu karena dasarnya
perintah menunjukkan kesadaran diri yang rendah. Mari kita mendasarkan pada
kesadaran diri saja, mari memahami ini dengan akal sehat saja. Bila nanti kata
akal sehat saja harus, maka benarlah perintah agama, pantas Allah dan
Rasul-Nya memerintahkannya. Ini akan lebih kuat menancap dalam hati
dibandingkan yang dasarnya karena perintah.
Kita akan lebih kuat melaksanakan sesuatu bila sudah sadar bahwa
itu memang keharusan. Seorang anak akan rajin belajar dengan sendirinya bila
menyadari bahwa belajar itu penting karena akan menentukan masa depannya
sendiri, tanpa harus disuruh-suruh. Perempun Muslim yang sudah menutup
aurat dengan benar dan konsisten itu karena ada kesadaran dalam dirinya.
Sementara yang belum juga karena belum adanya kesadaran dalam
dirinya. Bila diri belum sadar, walaupun ceramah didengarkan setiap hari,
walaupun ayat Al-Qur’andibacakan ratusan kali, tetap saja seseorang
tidak akan tergerak melaksanakan sebuah keharusan. Mungkin sebenarnya semua
perempuan Muslim sudah tahu bahwa menutup aurat sesungguhnya adalah persoalan
memuliakan harga diri perempuan. Dalam Islam, perempuan itu makhluk yang mulia
dan dimuliakan. Dengan menutup aurat, agamabermaksud menjaga harga
diri dan kehormatannya.
Ilustrasi yang paling tepat mengibaratkan perempuan
Muslim adalah perhiasan atau barang mahal.
Barang mahal memiliki ciri-ciri:
(1) dijual di toko berkelas
(2) disimpan di etalase yang hanya bisa dipandang dibalik kaca
(3) disegel, tidak bisa dibuka dan disentuh isinya
(4) tidak bisa dicoba dulu
(5) harganya mahal dengan jaminan memuaskan
(6) bergaransi.
Kebalikan dari barang mahal adalah barang murah. Ciri-cirinya:
(1) adanya di toko murah, di emperan atau di pasar
(2) tidak disegel
(3) diobral
(4) boleh dicoba, bebas disentuh-sentuh, dipegang-pegang, dicoba
berulang kali oleh banyak orang
(5) setelah dicoba boleh tidak jadi dibeli
(6) tidak ada garansi.
Nah..,Islam memperlakukan perempuan persis seperti barang mahal
tersebut.
Diibaratkan dua jenis tadi:
“Toko berkelas” adalah keluarganya yang bermartabat yang taat pada
agama;
“Disegel, tidak bisa dibuka dan disentuh” adalah prinsip dibalik
busana Muslimahnya;
“Tidak bisa dicoba dulu” adalah menjaga kehormatan, tidak bisa
memesrai dan menggaulinya tanpa menikahinya dulu;
“Harganya mahal” adalah pembelinya harus laki-laki yang juga mahal
(terjaga akhlak dan kepribadiannya). Laki-laki murahan tidak akan sanggup
karena tidak akan berani, malu mendapatkannya dan merasa dirinya tidak seimbang;
“Bergaransi” adalah orisinial, dijamin masih gadis dan belum
disentuh laki-laki lain.
Adalah jelas, menutup aurat adalah menjaga diri,
mensegel diri, menghormati diri, memuliakan diri. Perempuan yang menutup
auratnya (dengan benar dan akhlaknya terjaga), adalah barang mahal yang
tersimpan dalam etalase, terjaga dalam sebuah kotak yang tidak bisa dibuka,
tersegel, tidak bisa disentuh dan harganya mahal.
Sebaliknya, perempuan yang membuka auratnya (betis, paha, lengan, rambut, leher dan dada, apalagi lebih dari itu) adalah “barang obralan” yang murah, tidak perlu repot-repot ingin membukanya karena ia sudah terbuka (tidak ditutup), silahkan bebas menatap dan menyentuh-nyentuhnya (dalam kebebasan pergaulan dan persahabatan) dan “merasakannya” (dalam pacaran). Kalau sudah tidak suka lagi atau tidak cocok, boleh tidak jadi memilikinya. Jadilah, ia barang bekas. Barang bekas tentu tidak berkualitas, murah, karena sudah dipakai orang.
Mengapa perempuan yang seharusnya mahal menjadi murah? Sabda Nabi,
karena hilangnya rasa malu:
“Al-hayu-u minal iman” (malu itu sebagian dari iman).
“Iman itu ada tujuh puluh cabang dan malu adalah salah satunya”
(HR. Muslim).
“Segala sesuatu ada penegurnya (penjaganya), dan penegur hati
adalah rasa malu!” .
Sangat menyedihkan, bila dulu perempuan malu kelihatan auratnya,
sekarang malah bangga mempertontonkannya.
Maka berbaju ketat menjadi mode, bercelana pendek berarti gaul,
dan menonjolkan payudara adalah kebanggaan. Rasa
malu hilang dari perasaan perempuan. Bila perempuan sudah
kehilangan rasa malu, itu berati kehancuran negara, masyarakat dan keluarga.
Maka benarlah, “perempuan membuka auratnya dalam kehidupan sosial
adalah salah satu sumber kerusakan moral seksual masyarakat, termasuk dalam
masyarakat Muslim.” Dan iblis pun pernah berkata: “Perempuan adalah alat
senjataku yang paling ampuh untuk menyesatkan anak adam. Ia seperti anak panah.
Sekali kulepaskan dari busurnya, jarang meleset!”
Sehubungan dengan ilustrasi barang mahal tadi, ada beberapa
pertanyaan:
(1) Bagaimana dengan perempuan yang berkerudung menutup auratnya
tapi tidak menjaga akhlaknya, bebas pacaran, bermesraan dan banyak
disentuh-sentuh apalagi sudah tidak perawan?
Maka jawabannya adalah: ia adalah “barang mahal” yang palsu,
aslinya murah bungkusnya pun murah (hanya simbol) sehingga gampang dibuka dan
dicoba. Ia barang tipuan yang tanpa sadar sedang menipu dirinya sendiri.
(2) Bagaimana dengan perempuan yang merasa tidak perlu menutup
aurat yang penting bisa menjaga diri sehingga tetap menganggap dirinya
perempuan terhormat?
Jawabannya adalah: Kalau benar-benar bisa menjaga diri, ia adalah
barang mahal yang diobral. Barang bagus yang diobral tetap saja lebih murah dan
lebih rendah nilainya dari barang mahal yang tidak diobral.
(3) Bagaimana dengan perempuan yang mengatakan: “Ah, yang
berkerudung juga banyak yang kelakuannya parah, mendingan begini, gak berkudung
tapi punya prinsip”?
Itu artinya menutupi keengganannya dengan kesalahan. Lain kata,
lari dari satu kesalahan dan bersembunyi dalam kesalahan yang lain.
(4) Bagaimana dengan perempuan yang berusaha mengutak-ngatik
pengertian “aurat” dengan logikanya kemudian berkesimpulan menutup aurat itu
tidak perlu?
Maka ia adalah orang yang memaksa-maksakan dan 'memperkosa'
dirinya sendiri agar harganya murah.
(5) Bagaimana dengan perempuan dan laki-laki termasuk ulama yang
ahli agama, ahli tafsir dan mengatakan menurup aurat itu tidak perlu (karena
pengertian sebenarnya tentang aurat bukan yang secara konvensional difahami)?
Maka sesungguhnya ia sedang melegitimasi penolakannya pada
perintah Tuhan dan tuntunan Nabi atau melegitimasi penolakannya dengan ilmu
agamanya sendiri (ini paling ironis dan paling berat pertanggungjawabannya
kelak). Ingat, ilmu yang tidak bermanfaat adalah ilmu yang tidak menumbuhkan
kesadaran malah menjadi penolakan pada kebenaran dan perintah Allah sendiri.
Perintah agama begitu masuk akal, rasional dan sangat jelas untuk
memuliakan kaum perempuan. Menghadapi perintah Allah hanya satu jawabannya:
“Sami’na wa atha’na” (Kami dengar dan kami taat).
Ilustrasi-ilustrasi di atas hanya untuk menguatkan bahwa perintah
agama sebenarnya berlandaskan akal sehat. Tapi, tentu saja, apakah ingin
menjadi barang mahal atau barang murah jelas sebuah kebebasan. Bener kok
kalimat ini: HIDUP ITU ADALAH PILIHAN ! So, Silahkan
memilihnya sendiri. Bebas-bebas saja kok. Mau sadar atau tidak kitalah yang
menentukan!! Mau selamat atau celaka kelak di akhirat kitalah yang
menanggungnya.
Mengapa manusia banyak yang merasa nyaman dalam kesalahan dan
ketaksadaran? Karena Allah
tidak langsung menghukum setiap pelanggaran yang kita perbuat. Dia memberikan
waktu yang panjang kepada kita untuk berfikir dan berubah, untuk bertaubat
memperbaiki diri sebelum ajal menjemput. Itulah kasih sayang-Nya yang tiada
tara pada hamba-Nya sebelum celaka di akhirat kelak.Masihkan kita akan
menyia-nyiakan kesempatan?
semoga bermanfaat..
cantik sekali blognya
BalasHapus